background

December 5, 2021

finally, we're here

"mbok udah to yang"

satu cerita terselesaikan dengan rasa yang aneh. pada akhirnya tak ada yang tersisa. aku.. tidak marah, tidak sedih, tidak kecewa, dan tidak ada apa-apa. apapun keinginanmu, lakukan sesuka hati, dari awal aku tidak pernah bisa untuk memiliki. 

"mbok udah to yang"

sialnya aku yang tidak pernah menyangka, dalam 1 minggu cerita kita menjadi berbeda. yang ku ingat, panggilan spesial dan pesan semangat pagi masih disampaikan sampai saat itu. tapi ternyata, peraturan permainan mendadak berganti dan aku dibiarkan kebingungan tanpa petunjuk yang berarti.

yang ku sayangkan, kenapa harus ada orang lain yang ikut campur tentang kita. tak cukupkah kuasamu untuk hilangkan aku? sehingga, pihak lain yang tak percaya padamu melimpahkan pertanyaan itu padaku? mungkin pengakuanmu itu memang tidak meyakinkan, karena faktanya...

(ah sudahlah)

eh, apakah memang begitu ya pemikirannya orang dewasa? apakah semua rasa sakit harus berlalu dalam sedetik dan ketika ditanya harus langsung sigap menanggapi? aduh, tapi disaat yang tidak aku duga-duga, aku tak bisa melakukannya. lalu, tiba-tiba, aku dimasukkan kategori seorang bocil

tapi, bocil seperti aku pun tak pernah sampai hati untuk lakukan hal yang sama. 

tapi, bocil seperti aku pun, masih mencoba menghargai jawabanmu atas pertanyaan itu, dan memilih diam daripada masuk kategori lain; penggagal hubungan orang.

ya, baiklah, jadilah kalian berdua sebagai orang dewasa versi yang-tidak-aku-mengerti.

"mbok udah to yang" 

ingat saat pertama kenal? 

aku tidak pernah berani untuk menghubungi lebih dulu, tak pernah punya nyali untuk mendekatimu, atau bahkan SKSD tidak ada dalam kamusku. hingga, pada suatu kebetulan, kamu sendiri yang datang padaku. tidak pernah ku paksa, tidak pernah ku minta untuk buru-buru, dan tidak pernah ku minta satupun hal yang memberatkanmu. dan sekarang ini, lakukanlah juga sesuka hatimu.

"mbok udah to yang"

iya. udah.

hai orang dewasa, ini terakhir kalinya aku berurusan denganmu. aku tidak mendoakan yang buruk terjadi, tapi aku tidak punya kewajiban untuk mendoakan yang baik juga. lagipula, kamu akan menjalani hidup sesuai takdir yang ada, tanpa harus aku berbuat apa-apa.

hai orang dewasa, hapus, block, dan hindari semua tentangku, aku tidak masalah. lakukanlah sepanjang hidupmu dan selama yang kamu mau, aku setuju. kita berawal sebagai orang asing, kembali lagi seperti orang asing. aku tau dan sadar, lalu aku menerimanya. dan selamanya aku akan baik-baik saja.